Ketika kita memaknai hidup adalah sesuatu yang dinamis, maka kita berada dalam kondisi yang siap bersaing. Orang yang dinamis pula lah yang siap menang. Kedinamisan itu dapat diwujudkan dalam bentuk memperoleh rizki, bisa pula dalam mengejar kehidupan akhirat.
Lalu, ketika kita sudah sebagai winner apakah kita layak berbangga diri, merasa kita yang berjuang ? sangat tidak....
Sebagai insan yang beriman, kita tidak layak berbangga diri karena mendapatkan kesuksesan, kebesaran atau mendapat jabatan. Ada Dzat yang Maha Menentukan kita, Allah Subhanahu wata'ala.
Wujud kerendahan hati kita adalah bersyukur, syukur yang tidak terbatas dalam ibadah ritual, tetapi lebih jauh dalam konteks kehidupan sosial.
Biarlah hati ini yang berbicara, biarkan ia menyusuri relung kehidupan, biarkan ia mencari jatidirinya, biarkan ia menemui Tuhannya, biarkan ia berdekat-dekatan dengan-Nya, biarkan ia bermahabbah bersama-Nya, biarkan ia kembali dan berada di sisi-Nya.
Sabtu, 28 Juni 2008
Syukur yang terlupakan...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar